Komponen panel kontrol listrik
Panel kontrol listrik adalah peralatan yang berfungsi untuk mengatur dan
mengendalikan beban listrik di bengkel listrik atau industri yang menggunakan
motor listrik sebagai penggeraknya. Setiap beban motor listrik berdaya besar
diindustri selalu dilengkapi dengan panel kontrol listrik. Guna mengoperasikan
motor listrik dimana motor listrik dapat dikendalikan dari dekat maupun jauh
diperlukan alat kontrol sebagai penghubung sekaligus sebagi pengatur. Agar
motor dan alat kontrolnya dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya,
banyak faktor yang harus dipertimbangkan baik mesin maupun alat kontrolnya. Komponen-komponen panel listrik, meliputi: Pengaman
listrik, Kontaktormagnit, Time delay, Push botton, Overload, Lampu indikator,
Transformator, alat ukur listrik.
1. Pengaman
Pengaman listrik harus selalu dipasang pada setiap panel
dengan urutan pemasangan sebagai berikut: NFB dan MCB. Ketentuan yang besarnya
arus pengaman tidak boleh melebihi arus nominal kabel yang dipasang pada
rangkaian pengendali atau rangkaian pengawatan.
Pengaman listrik NFB
digunakan untuk pengaman induk, MCB 1 Fasa digunakan untuk pengaman rangkaian
pengendali dan MCB 3 Fasa untuk pengaman rangkaian pengawatan
MCB atau pemutus tenaga berfungsi untuk memutuskan
rangkaian apabila ada arus yamg mengalir dalam rangkaian atau beban listrik
melebihi dari kemampuan. Misalnya adanya konsleting dan lainnya. Pemutus tenaga
ada yang untuk satu phase dan ada yang
untuk 3 phase. Untuk 3 phase terdiri dari tiga buah pemutus tenaga 1 phase yang
disusun menjadi satu kesatuan
Thermal Over Load/saklar termis selalu
dipasang seri dengan beban yang berfungsi sebagai pengaman. Apabila terjadi
kelebihan beban, hubung singkat atau gangguan lainnya yang mengakibatkan naik
arus secara otomatis, saklar termis akan bekerja memutuskan arus listrik dengan
beban sehingga keamanan beban terjaga.
Adapun saklar termis bekerja atas dasar panas. Saklar
termis ini dibuat dari dua logam yang disatukan yang dikenal dengan bimetal yang
masing-masing mempunyai koefisien muai yang berbeda (yang satu mudah memuai dan
yang lainya tidak mudah memuai). Dengan demikian apabila kena panas akibat arus
listrik melewati ketentuan, plat bimetal akan membengkok menjauhi plat yang
tidak mudah memuai akhirnya plat tidak sambung, dan apabila arus yang mengalir
normal atau panas normal maka plat tersebut akan ke posisi semula yang akhirnya
arus listrik akan mengalir lagi.
Pemilihan termorelai, yang harus diperhatikan:
a) Kemampuan hantar arus (KHA)
b) Tegangan kerja nominal
c) Nilai nominal arus beban lebih (seting arus beban lebih).
Termorelai
hanya mempunyai kontak bantu saja dan diagram kontak-kontak termorelai diberi
penomoran seperti berikut:
· Kontak nomor 95-96 disebut kontak
pembuka (NC)
· Kontak nomor 97-98 disebut kontak
penutup (NO)
· Kontak nomor 95–96–98 disebut kontak tukar (NO/NC)
2. Kontaktormagnet
Kontaktormagnit adalah saklar yang bekerja berdasarkan
elektromagnetis digunakan untuk membuka dan menyambung rangkaian listrik
(load). Kontaktormagnit bekerja untuk
merubah kontak-kontak Normally Open (NO) dan Normally Close (NC). Pada kontaktormagnit terdapat dua kontak yaitu: Kontak Utama (NO) yang diberi nomor terminal 1-2, 3-4 dan
5-6. dan kontak bantu dengan nomor terminal 13-14 (NO) dan seterusnya serta 21-22
(NC) dan seterusnya. Kontak utama pada terminal 1-3-5 dihubungkan ke sumber energi dan
terminal 2-4-6 dihubungkan ke beban (load). Kontaktormagnit pabrikan
terdiri dari beberapa kontak diantaranya: 3NO+1NO; 3 NO+1NO 1NC; 3 NO+2NO 2NC. Untuk kemampuan arusnya dapat memilih dengan kemampuan
arus 10 A; 15 A; 25 A; 30A; 50 A dll
Untuk memilih
kontaktor harus memperhatikan beberapa hal:
a) Tegangan kerja
b) Besarnya daya
c) Kemampuan hantar arus (kontaknya)
d) Jumlah kontak bantu yang dimiliki.
3. Time Delay Relay (TDR)
TDR atau Relai penunda waktu digunakan untuk
memperoleh periode waktu yang dapat diatus/sistel menurut kebutuhan. Setelah
distel ia tidak boleh dirubah sampai pada saat yang ditentukan, posisinya akan
berubah sendiri.
Apabila arus listrik
mengalir pada terminal 2 dan 7(kumparan) dan waktu sudah diatus maka posisi
semula titik 3–1 dan 6–8 terbuka sedangkan titik 4–1 dan titik 5-8 tertutup.
Setelah waktunya sudah tercapai maka posisi sekarang menjadi: titik 3–1
dan 6-8 menutup dan titik 4–1 dan 5–8
membuka. Posisi tersebut akan tidak berubah, kecuali aliran listriknya terputus
posisinya kembali ke semula.
4. Tombol
Saklar tekan/tombol (push button), ada dua macam yaitu tombol tekan
normally open (NO) dan tombol tekan normallly close (NC). Konstruksinya tombol
tekan ada beberapa jenis, yaitu jenis
tunggal ON dan OFF dibuat secara terpisah dan ada juga yang dibuat satu tempat.
Jenis ini untuk satu tombol dapat untuk ON dan OFF tergantung keinginan
penggunaannya. Tombol tekan tunggal terdiri dari dua terminal, sedang tombol
tekan ganda terdiri dari empat terminal. Tombol bekerja pada
saat tombol ditekan akan merubah kontak NO menjadi NC dan NC menjadi NO.
Tata letak komponen komponen kontrol
a. Pemasangan komponen
1. Letak komponen MCB dan kontaktor terpasang dari kanan dengan jarak 0–15
mm dari tepi kanal
2. Penyusunan komponen tidak terbalik posisinya
3. Pemasangannya semua komponen harus sesuai dengan ukuran tata letak
dengan toleransi 5 mm, misalnya kanal dengan kanal, rel omega dengan kanal atas
dan bawah dan sebagainya
4. Pemasangan semua komponen harus kuat, rapi.
5. Pemasangan terminal dengan urutan terminal utama sebelah kiri dan
terminal kontrol sebelah kanan terminal utama.
b. Pengawatan
1. Gunakan sepatu kabel pada terminal-terminal: MCB, MC, TOR,
dan komponen terminal I/O
2. Semua sambungan pada semua komponen harus kuat
3. Mengunakan warna kabel harus sesuai PUIL dan rapi, pada kabel pada pintu harus dibungkus dengan
spiral plastik dan ditempel pada pintu panel dengan isolasi perekat
4. Perlu label setiap komponen
5. Kabel PE pada pintu dan landasan panel harus kuat.
c. Sambungan rangkaian
1. Rangkaian sumber daya
Rangkaian pengaman baik pada F0, F1 , F2
harus sesuai dengan fungsinya
2. Rangkaian utama
Rangkaian ini harus kuat dengan penghantar yang sesuai PUIL
dan dapat bekerja sesuai dengan fungsinya.
3. Rangkaian Kontrol
Rangkaian kontrol tidak dapat terbalik. Rangkaian kontrol harus terpisah dengan rangkaian
utama. Semua komponen pada rangkaian kontrol harus sesuai dengan fungsinya.
4. Rangkaian indikator
Rangkaian indikator harus berfungsi sebagai
indikator sesuai rencana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar